Dewasa vs Bocil
Jika dua orang yang kau cintai berseteru,pundak manakah yang akan kau tuju?
Ketika si Dewasa dan si Bocil bertengkar, siapa
yang akan kau bela?
Si Dewasa hanya perlu diam, mendengar si Bocil marah dengan
segala kata yang dia punya.
Si Bocil mengadu ke sang Bunda, berharap mendapat pembelaan
dan tambahan kekuatan.
Si Dewasa tetap dalam sikap tenangnya, mengucap sepatah dua
patah kata pada istrinya.
Tak perlu menumpahkan samudera sastra atau lautan aksara,
istrinya percaya dan membelanya.
Si Bocil bisa apa?
Bunda yang diharapkan kebijaksanaannya, justru balik menyerang dengan
tuduhan-tuduhan.
Bocil kini telah tiada...
Jasadnya masih berada di dunia, tapi jiwanya yang telah koma
sejak lama... Kini dipanggil-Nya.
Bundanya lupa, sajak-sajak Bocil yang diungkapkan padanya,
semata hanya itu yang dia punya.
Bocil tak mampu berbohong pada sang Bunda, hanya kepolosan
yang terlukis dalam kerling matanya.
Tapi apalah daya, kepolosan kini dianggap kemunafikan.
Sang Bunda lebih percaya suami tercintanya.
Menganggap si
Bocil hanya penyulut api dalam rumah tangganya.
Mungkin pasangan itu kini telah bahagia.
Si Bocil dengan jasad kosongnya, kini memenjarakan dirinya
dalam desus-desus orang yang menggosipkannya.
Mereka memang pasangan serasi, saling berkomitmen
membahagiakan pihak lain tapi merenggut kebahagiaan si Bocil secara prihatin .


Tidak ada komentar:
Posting Komentar