Ditampar Realita
Hanya kata, dalam canda duka peristiwa. Hanya cerita, seorang anak muda. Jatuh dihimpit tangga, merenung tak kenal siapa. Pipinya merah, ditampar realita.
Ingatkah kamu?
Dulu aku hanya pejalan kaki, gelandangan...
Tak punya rumah hunian, apalagi tujuan
Kau yang mengajakku berlayar mengarungi lautan
Kau rayu aku dengan segudang impian harapan
Hingga aku luluh, menyerahkan diriku secara utuh
Kau pula yang mengajak diriku terbang berduaan
Kau ucapkan sumpah setia perjalanan
Hingga di ketinggian, kau biarkan aku jatuh sendirian
Kau tau apa yang terjadi padaku setelah itu?
Berantakan
Aku ditinggalkan, di kejauhan
Tak hanya gelandangan,
Diriku yang sekarang, menjadi pengemis cinta yang kehausan
Memohon belas kasihan, agar kenangan yang hilang dikembalikan
Aku memilih pergi ke kota asing
Menetap disana, tanpa teman maupun saudara
Menyendiri, di pinggir jalanan sepi
Berharap sembuh pada diri sendiri
Yang sudah terlalu parah kau sakiti
Sekuat tenaga kucoba untuk pulih
Dari luka yang aku pilih
Aku harus bagaimana?
Dalam kesepian, aku masih kau sebut lari dari kenyataan
Keliru dalam mengambil keputusan
Memilih hidup dalam keputusasaan
Sejauh apapun aku pergi
Sejatuh apapun duniaku hari ini
Memangnya kamu peduli?
Wahai takdir, bolehkah aku izin menyerah?
Hari ini saja
Semesta, sudah ya sakitnya?
Besok, bolehkan aku bahagia?


Tidak ada komentar:
Posting Komentar