Topeng Sastrawan


Topeng Sastrawan

Manusia itu makhluk dengan segudang kepentingan. Kita seperti dituntut punya banyak topeng sekali hidup. Sastrawan telah bersahabat dengan kalimat, bercumbu mesra dengan kata, menikah dengan tanda baca. Jiwa kita seolah dititipkan disana.


Apakah semesta memahami?
Ia kira kami mampu bertahan dalam semua cercaan?
Berlindung dari berbagai fitnah kemunafikan
Serta bertahan dalam bantahan-bantahan kebohongan?

Kapan semesta akan mengerti?
Kita hanya manusia yang bersembunyi dalam kata-kata penuh arti
Terlihat tangguh tapi sebenarnya rapuh
Pembuat kalimat-kalimat bijak walau dirinya terinjak-injak

Mengapa semesta tak juga membela?
Padahal kita sudah tak berdaya
Lemah berlumur darah
Letih menahan perih
Menahan semua penderitaan
Mencari sendiri obat bagi luka yang tak terlihat

Dimana anda, wahai semesta?
Tolong datanglah, jenguk kami
Dulu, yang kami punya hanya harapan
Sekarang justru ditimpa banyak kepergian
Bertemu banyak kehilangan 
Akankah ada sahabat yang takkan memunggungi kami disaat seperti ini?

Semesta, tolong ajari kami
Bagaimana cara merajut hidup setelah ini?
Apakah ini sudah diujung pelayaran yang dipertemukan dengan pelabuhan?
Jika belum, tolong tunjukkan kemana arah Tuhan
Kami hanya ingin kirimkan surat kecil pada-Nya
Berharap Dia berkenan menjemput kami 
Makhluk lemah yang tergeletak di jalan sunyi

Kami disini...
Sendiri...
Harapan telah usai
Putus asa dimulai 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar