Manusia Titik Buta, Gila?

Manusia Titik Buta, Gila? 

Tidak semua orang berfikir seperti mayoritas kita. Dia tidak gila, mungkin nalar kita saja yang belum mampu menjangkaunya.

 

Aku ini manusia titik buta
Aku di mata mereka hanya bagai sandal jepit tua
Menunggangi karyaku menjadi tambang keserakahan
Meminjam lidah kejujuranku demi alibi memanen laba dunia

Manusia titik buta itu aku
Luka liku perilaku silih berganti menusuk tajam ke dalam qalbu
Raungan sakit tak menentu mengguncang seantero ruang dan waktu
Gunung-gunung fitnah tak kunjung beranjak menindih tubuh mungil ku
Hingga ku ingin obrak-abrik saja alur skenario bualan mereka
Tapi aku tak tega dengan kejahiliyahannya

Aku memang manusia titik buta 
Setiap hal berkedok pembangunan justru berupa hamparan debu kedzaliman dan kemunafikan 
Ungkapan “badai pasti berlalu” terus saja dikumandangkan
Padahal kalimat kepastian selalu dikepung paragraf pencitraan
Runtuhnya tatanan kehidupan takkan reda bahkan hingga silang sengkarut akhir zaman 
Perjuangan tetap ku langgeng kan

Aku tetaplah manusia titik buta 
Teriakan kebisuanku,
Menjadi senjata peredam kemerdekaan fana yang terus terngiang dalam kepalaku
Pelipur lara gelandangan dan asongan dalam mori rumah suci

Setiap masa silih berganti,

Telah kupanjat ribuan tangga bulat tanpa mengerti kapan akan berhenti
Beralaskan bekas debu para praktisi masa kini
Demi mengais pelepah janjiku sendiri dalam bayangan tengah hari

Aku manusia titik buta 
Kurasakan lecutan ombak ketidak adilan, kusingsingkan badai kebiadaban
Kususuri sela-sela samudera keniscayaan Penuh ratapan para pengemis ampunan dan belas kasihan
Kutemukan lapisan labirin kegelapan terdalam tanpa lirikan logika edan
Berharap nampak serpihan kesadaran
Bukannya kesakitan berjubah kesaktian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar